Friday 30 December 2011

I am the second :)

Some seek happiness by traveling the world or into the wild like Christopher McCandless. Some must have felt happier only by coming home.
–Alanda Kariza

Ps: im the second, I feel loved at home :)

Monday 26 December 2011

BUNS all the way

Anybody knows what is “buns” in Indonesian? Saya sendiri ga tau, ngertinya ya rambut diukel-ukel diatas trus dijepit. Bukan sanggul or konde loh, beda. Hehe
Jadi buns ini merupakan gaya rambut yang paling gampang dan banyak dipake, soalnya gampang, ga ada peraturan atau trik khusus untuk bisa nge-buns rambut. Yaa like I said, diukel-ukel biasa aja ke atas kepala, trus dijepit, dikaret, atau disumpit, bebas! Yang penting bisa jadi satu buntelan rambut. Nahhh! Seems like I have just found what is buns in Indonesian, buntelan! Wkakakakak :)
saya sendiri paling sering nge-buns rambut kalo pas dirumah, ga mungkin pas di kampus. bisa-bisa saya dikira mau ke WC :) santai banget emang, ga perlu ribet sama rambut yang super panjang dan banyak ini.

here are some buns-style I found on internet:


and here is mine :)

beautiw

Saturday 24 December 2011

cara beli buku di Amazon

Heyowasup folks! Buat kalian pecinta buku, khususnya buku impor yang ga dijual di Indonesia, pasti situs amazon.com udah bukan hal yang aneh lagi kann? Tapi tau ga kalo amazon.com itu ga bisa shipping langsung ke Indonesia? Pasti bingung cari cara buat beli.

Nah kali ini ane mau bagi-bagi tips buat loe-loe pade #apasih :D jadi gini, sebagai mahasiswa Sastra Inggris tentu saya diwajibkan untuk menganalisis novel asli berbahasa Inggris. Sempat bingung juga tadinya mau cari yang asli dimana. Ada sih toko buku yang nyediain khusus buku-buku impor. Tapi sayangnya, novel saya tidak available (maklum, novel EPIC sepanjang masa, ehemm) :D

Pasti mikir pertama beli di amazon.com, tapi sempat panic begitu tau kalo amazon.com ga bisa shipping langsung ke Indonesia!! Huaaaaaaa T_T Hopeless, tapi saya terselamatkan oleh site ini --> http://www.bookoopedia.com/ jadi bookoopedia ini nyediain layanan untuk beli buku dari amazon. Ongkirnya termasuk murah dibanding kalo beli via kutukutubuku.com :p

Step-step nya gampang banget, tinggal masuk ke site tersebut, bikin account, klik “UNITED STATES”, search buku yang dimau, dan langsung klik “beli”, lalu ikuti petunjuk selanjutnya. Gampang kok, asal bisa baca pasti ngerti langkah-langkahnya, haha ^^v So bookoopedia online bookstore is very recommended :)

Saya sendiri memesan The Iliad by Homer sekitar awal Desember, dan buku itu sudah duduk manis di rumah saya tanggal 23 Desember kemarin. Memang butuh waktu sekitar sebulan untuk shipping internasional. Dan saya happy happy happy bangeetttt :D 

here it is my baby Ili yang sampe dengan selamat :)

 beautiw

Tuesday 20 December 2011

Thank You, Mas ♥

"dia itu pelawak kan? jadi mas rasa c wajar-wajar aja dia gitu, kan cuma guyonan, hehe pelawak emang gitu, apa yang menurut dia lucu pasti diucapin. Kalo jelek engganya tergantung yang baca. Mas yakin ga semua orang memvonis orang Indo seperti itu. Ga sedikit juga kan yang bilang Indonesia ini negara bagus dan wajib dikunjungi. Dan percayalah, yang bilang gitu pasti orang pintar. Kaya kenalan adek yang bule itu, dengan bangganya mereka memamerkan foto Indonesia, bukti bahwa mereka pernah kesini. Pintar kan mereka? In the other word, yang anggep kita ini jelek ya cuma orang bodoh. Jadi gausa malu :*"

that's a little discussion between me and my boy about my previous post. I was talking like mad to him about this shit but he just know how to calm me down. Bener ya yank, bodoh kok teriak bodoh. At least kita ga pernah nyakitin dengan jelek-jelekin mereka. Yang terpenting I love you so million muach
adek :)

Nationalism is Calling My Name

Nasionalisme itu muncul ga cuma bersatu pas nonton bola doang, tapi ketika harga diri kita dijatuhkan oleh bangsa lain. Bukan, saya lagi ga bahas masalah penjajahan jaman dahulu kala atau masalah sepak bola. Tapi saya akan bahas tentang hal yang saya rasa cukup menyakiti hati saya sebagai warga Negara Indonesia.

Today, tepatnya this morning, ketika baru buka mata sekitar jam 4.30, saya  kaget melihat sebuah status facebook dari ayah laki-laki yang saya puja, Synyster Gates, yang bilang bahwa:



seketika juga banyak yang komen, rata-rata sih komen negative tentang beberapa fans Indonesia yang hobi komen-ga-nyambung sama status fanpage A7X. Jujur waktu itu saya masih memaklumi karena mungkin emang mereka rada lebay, suka komen seenaknya, English yang sungguh acak-kadut ga karuan --" tapi tetep PD untuk digunakan zzzzz, dan saya sendiri pun sempat jengkel dengan tingkah beberapa fans yang eughh (no need to explain though).

Tapi lama-kelamaan kok komennya makin brutal, makin pedes, making ga enaklah pokoknya. Yaa walaupun saya bukan pelaku yang nulis komen geje tersebut, tetep lah yaa rasa nasionalisme saya ini tiba-tiba meletup-letup dijelek-jelekin kaya gitu. Padahal ga semua fans dari Indonesia seperti itu. lemme asking you if your country and the people being mocked like this, huh? how you feel?



“I realize now that I am probably a hypocrite, but I think it is better not to tell them the fact that many of the country are arrogant in our poor country.” (Khoiri, 2011)


Kelihatannya memang munafik ya membela mereka yang jelas-jelas salah dan masih membela embel-embel INDONESIANS di jidat. Tapi melihat mereka menyebut “INDONESIANS” dan bukan “INDONESIANS A7X FANS”, ntah mengapa hati ini sungguh mangkel nearly marah. Ga semua Indonesians gitu yakkkk mister dan miss!!

Lah kalo udah gini kan nanti bisa saja menimbulkan stereotype ya to? Stereotype kalo orang Indonesia itu geje, ga nyambung, bahkan (ditulis sambil minta maaf yang sebanyak-banyaknya) bodoh. Rasanya kalo sudah begini saya malas jadi fans fanatic A7X karena sudah menimbulkan sakit hati. Maybe I should not blame them ya, tapi bapaknya one of them itu udah bikin stereotype yang ahh, sakit!

Yang saya harap sih itu bapak mau hapus statusnya itu, ga ngarepin kata maaf deh. Rasanya mimpi. Tapi kalo iya ya syukur banget sama Gusti yang diatas. Yang jelas saya hari ini dikecewakan oleh mereka yang selama ini saya puji atas kekreatifannya.

Toh rasanya ga rugi juga kan kalo A7X kehilangan satu fans, satu followers, ya kan?
beautiw 
ps: I don't hate Brian Haner, I hate what he wrote today :)

Tuesday 13 December 2011

a Review of "Divortiare"


Judul               : Divortiare

Penulis            : Ika Natassa

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Tahun             : Juli 2010

Tebal               : 323

"Commitment is a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you get one, it sticks to you hard and deep"
Divortiare adalah novel Ika Natassa yang saya baca setelah Antologi Rasa. Dari judulnya saja jujur saya sudah bisa menebak bahwa novel ini pasti bercerita tentang perceraian, dan ternyata benar. Let’s meet Alexandra Rhea Wicaksono, 27 tahun dan seorang banker yang sukses. Mengutip kalimat “nobody’s perfect,” hidup Alexandra, khusunya percintaan tidaklah semulus karirnya. Dengan gaji dan posisi yang sangat tinggi di kantornya, Alex harus menempuh jalan yang halal sekaligus dibenci Tuhan yaitu perceraian. Masalahnya simple, Alex dan Beno, mantan suaminya, yang notabene adalah seorang dokter yang sukses, sama-sama memiliki kesibukan yang padat. Kurangnya komunikasi dan intensitas pertemuan membuat Alex dan Beno kerap beradu mulut instead of kangen-kangenan layaknya pasangan yang lama tidak berjumpa.

Kehidupan Alex pasca bercerai adalah bagian yang sangat menarik. Bagaimana dia berusaha untuk bangkit dan move on dari bayangan seorang Beno. Tapi ditengah upaya “menghilangkan” seorang Beno dari hidupnya, Alex sendiri belum bisa menghapus Beno dari “dada” nya. Bayangkan yaa, di dada kiri Alex itu masih ada sebuah tattoo bertuliskan nama Beno, yang ia buat waktu mereka honeymoon di Bali. 
“Jadi lebih penting punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?”
Dan Alex sempat merasa berat untuk menghapus tattoo tersebut. Alex bahkan masih mempercayai Beno sebagai dokter pribadinya yang selalu dia repotin waktu sakit. Lahhh???

Lalu munculah seorang Deni yang digadang-gadang sebagai calon suami Alex selanjutnya. Pria yang hampir sempurna dengan fisik, materi, dan kesabarannya yang ternyata belum mampu menggugah hati Alex 100%. Kasian sekali si Deni ini.

Well, kegalauan Alex, dinginnya seorang Beno, dan sabarnya seorang Deni menjadi hal yang sangat menarik di novel ini. Tarik ulur, love and hate, antara Alex dan Beno menjadi sebuah kontras yang lucu. Bagaimana Alex yang membeci sekaligus membutuhkan Beno dalam hidupnya.

Mbak Ika mampu meramu kalimat demi kalimat dengan sangat baik sehingga tidak membosankan dan kelihatan sangat alive! Tema atau ide tentang perceraian tergolong unik dan kreatif karena masih jarang dikupas di novel manapun. Overall ini novel yang sangat bagus untuk para bookworm yang merasa jenuh dengan tema itu-itu saja. Happy reading :)
beautiw 
ps: btw bakal ada sekuel dari Divortiare yang berjudul Twivortiare loh. Terbit sekitar Februari 2012. Can't wait! don't miss it :)

Saturday 3 December 2011

Me and Sylvia Plath, Jodoh?

Jika dulu saya sangat menyukai film Troy hingga gandrung untuk belajar mendalam tentang seluk beluk sejarah Troy, belajar siapa itu Achilles, Hector, dan Helen, sampai akhirnya saya memutuskan mengangkat novel The Iliad karya Homer untuk skripsi, saya menganggap ini adalah jodoh.
Nah sekarang ketika ada tugas membuat karya tulis tentang seorang sastrawan yang condong ke arah aliran tertentu, saya memilih Sylvia Plath (1932-1963). Mengapa?
karena Sylvia Plath ini adalah penulis beraliran anti-tradisi yang menelurkan banyak sekali puisi dan karya sastra yang rata-rata isinya mengkritisi tradisi yang dirasa tidak adil terutama untuk wanita dan anak-anak.
Saya sudah mengetahui beberapa karya Plath seperti “For a Fatherless Son” dan “Ariel” sejak beberapa bulan lalu. Buat saya pribadi, karya Plath sangat menarik karena ia berani mengkritisi tradisi yang ada. Dia berani bilang dalam salah satu karyanya yang terkenal, “The Applicant,” bahwa seorang istri hanyalah sebuah boneka. Boneka yang bisa bicara, bekerja, dll.
Hal anti-tradisi seperti ini sudah lama ada di pikiran saya. Hanya, saya lebih mengkritisi tentang budaya timur, terutama Indonesia yang sangat keluarga-sentris. Memang tidak semua, tapi ada dan menjurus. Misalkan:

  1. Jika seorang wanita dan laki-laki sudah menikah, maka masyrakat Indonesia beranggapan bahwa dua keluarga juga “menikah”. Saya setuju karena bagaimanapun saya dibesarkan di keluarga Indonesia. Tapi yang jadi masalah disini adalah, ketika semua anggota keluarga ikut campur. Coba kalau ada satu saja yang menikah tapi belum hamil juga, pasti digunjingkan kanan-kiri, ditanya “sudah isi belum?” “kapan mau punya anak?”.
  2. Kalau seorang wanita berusia 25+ dan belum menikah, pasti semua sudah heboh ditanya mama, papa, tante, om, pakdhe, budhe, dll dengan pertanyaan: “mana calonnya?” “kapan nikah?” eweeeeeee  :|
  3. Runtutan yang statis, dan jika melencenggg, sudah jadi bahan gunjingan diseluruh antero benua: sekolah-kuliah-lulus-menikah-punya anak!
  4. Daaaaaaannnnnnnn, yang paling saya benci ya ini, KESUKSESAN SEORANG LAKI-LAKI ADALAH KETIKA IA BERHASIL MEMPUNYAI ISTRI YANG CANTIK, FISIK! Ga peduli mau istrinya itu goblok, oon, apalah itu sebutannya. Maka laki-laki itu pasti akan dengan bangga menggandeng sang wanita dan PUAS dengan pandangan kagum dari sekitar terutama anggapan sukses dari keluarga. Oh well mungkin ini alasan banyak perempuan Indonesia membeli TjeF*k (no offense :p)

Empat hal tersebut masih beberapa saja dari semua hal yang saya pikirkan tentang sebuah TRADISI. Iya, mau atau tidak memang masih begitulah cara berpikir manusia di Negara ini. Bukan maksud saya ingin menghancurkan itu semua karena toh akan sia-sia dan tidak akan bisa.
Itulah mengapa saya suka sekali dengan karya Sylvia Plath yang secara tidak sengaja saya temukan ketika saya browsing tentang tradisi dan budaya. Kebetulan ada tugas akhir yang mengharuskan saya untuk menguatkan posisi seorang sastrawan di aliran tertentu. Ohh finally I choose Sylvia Plath dalam aliran anti-tradisi, karena mungkin kami mempunyai keresahan yang sama. Hanya Plath lebih jenius :p Jodoh?
beautiw