Wednesday, 20 July 2011

Sisa Kejayaan Keraton Surabaya

Keraton? Iyess! Dulu kota kita tercinta Surabaya punya yang namanya Keraton loh, atau semacam Kerajaan gitu lah. Mungkin selama ini cuma Majapahit yang sering kita baca di buku sejarah tentang kerajaan di Jawa Timur, padahal Surabaya (pernah) punya!
Well sebenarnya saya pribadi sudah tau tentang keberadaan keraton ini sejak jaman SMA, bukan dari buku pelajaran (miris) melainkan dari sebuah acara yang diadakan diknas berjudul “M3S, Mlaku-Mlaku Muteri Suroboyo”. Dari situ dijelaskan gamblang bahwa Surabaya mempunyai sebuah Keraton jaman dulunya. Yah walaupun sekarang sisanya sudah hamper musnah dan tersisa gerbangnya saja :(
nah kebetulan hari minggu tanggal 17 Juli kemarin, saya dan beberapa teman mengikuti acara SHT (Surabaya Heritage Track) yang diadakan oleh House of Sampoerna. Acaranya mirip M3S kurang lebih. Jadi daerah keraton sendiri saat ini berada di sekitar area gang Kraton-Kepatihan-Carikan-Baliwerti sampai Alun-Alun Contong atau yang terkenal dengan taman kota pada saat itu. Beberapa gang di sekitar kampong keraton sendiri dinamai sesuai dengan profesi orang yang menempati daerah tersebut, misal seperti gang kepatihan, daerah ini dulu dipercaya sebagai tempat tinggal para patih kerajaan. Dan gang Carikan sebagai tempat tinggal para Carik dsb.
Yang paling menarik perhatian saya tentang Kampung Keraton in sendiri adalah gapura keraton atau pintu masuknya. Iya, yang tersisa memang hanya ini. Gapura ini dihimpit oleh beberapa ruko disekitarnya. Jadi tidak heran apabila beberapa orang tidak sadar bahwa bangunan tersebut adalah sebuah masterpiece pada jamannya!

at Kraton gang II
di bawah sisa gapura



















  

 Okee, kita tengok sejarah Keraton Surabaya dulu yaa. Artikel ini saya dapatkan (aka kopas :p) dari: Harian Surabaya Tempo Dulu
Dipuncak keemasan Mataram ketika diperintah oleh Sultan Agung, terdapat daerah yang sulit ditaklukkan karena kekuatan angkatan perangnya. Daerah itu terletak di Jawa Timur dan bernama SURABAYA yang saat itu diperintah oleh Pangeran Jayalengkara yang mempunyai putra bernama Pangeran Pekik.
 Dalam buku yang saya baca, Kraton Surabaya dikelilingi oleh tembok setinggi 4 meter sehingga sulit ditembus oleh pasukan musuh. Sultan Agung mengincar Surabaya sebagai daerah taklukan karena Surabaya memiliki dua keuntungan yaitu dekat laut dan kotanya di tepi sungai (Kalimas), sehingga dipandangnya kota Surabaya adalah kota yang sangat strategis.
 Sultan Agung melakukan serangkaian penyerbuan Surabaya dimulai tahun 1620-1625 yaitu dengan melakukan gangguan terhadap hasil panen. Tetapi kota Surabaya sangat sulit ditaklukkan karean pasukannya yang gagah berani (Arek Suroboyo, hehehe)
 Karena bila menyerang secara langsung Sultan Agung selalu menemui kegagalan, maka dilakukan taktik lain. Sultan Agung mengirim Tumenggung Bahurekso menaklukkan Sukadana (Kalimantan Selatan) yang dianggapnya selalu memberikan bantuan pasukan ke kota Surabaya. Selanjutnnya Sultan Agung juga mengirim Tumenggung Jurukiting menaklukkan Pulau Madura yang dianggap sahabat Surabaya. Kemudian mengangkat Raden Paseno sebagao Pangeran Cakraningrat dan diberi kekuasaan memimpin pulau Madura.
 Setelah melemahkan sekutu Surabaya, maka diawal tahun 1625 dimulailah penyerbuan besar-besaran. Tetapi Pangeran Pekik dengan gagah berani mempertahankan kota dan memukul mundur pasukan Mataram hingga ke Wirosobo (Mojoagung).
 Kemudian semua panglima perang Mataram mendirikan markas di Wirosobo dan setelah membicarakan berbagai taktik, akhrinya diputuskan membendung anak Kali Brantas yang mengalir ke kota Surabaya yaitu Kalimas.
Keesokan harinya mulailah pasukan Mataram membendun gKalimas dengan jalan menenggelamkan ratusan pohon kelapa yang ditopang oleh bambu, disetiap pohon kelapa diberi bangkai tikus, kucing dan anjing. Beberapa minggu kemudian Surabaya mulai kekurangan air dan sedikit air yang mengalir ke kota telah tercemar oleh bakteri sehingga banyak parajurit dan penduduk Surabaya terkena wabah.
 Melihat rakyatnya menderita, ditengah malam Pangeram Jayalengkara diiringi pembantu setianya naik kuda menuju Wirasaba menemui Pangilam Mataram, Tumenggung Mangunoneng dan minta bendungan dibongkar. Dalam peristiwa ini boleh dikatakan Pangeran Jayalengkara menyerah dan takluk kepada Mataram.
 Beberapa waktu kemudian Sultan Agung mengangkat Bupati Sepanjang untuk memimpin Kadipaten Surabaya. Selanjutnya Pangeran Pekik diasingkan di daerah Ampel....kelak kemudian hari untuk membuat persekutuan lebih kuat, Pangeran Pekik diangkat sebagai menantu oleh Sultan Agung.
Nama Pekik berasal dari kata Fikih, karena memang Pangeran Pekik ahli Fikih. Lokasi Kraton ada dikampung Kraton, dekat kampung Kawatan. Istal kudanya di kampung Maspati Bubutan Baliwerti kata aslinya Baluwarti yang sepertinya juga daerah pertahanan Kraton. Baluwarti = gundukan tanah.
 Makam Pangeran Pekik beada di dusun Banyusumurp desa Girirejo kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogya. Sebenarnya makam itu berada satu kompleks dengan Makam Imogiri (Makam Sultan Agung) tapi posisinya diluar kompleks makam Sultan Agung. Kompleks Makam Banyusumurup dikenal sebagai  makam dari keluarga Keraton yang dianggap mblaleo terhadap Sultan Agung.
 Pangeran Pekik dan istinya Gusti Ratu Pandasari dibunuh oleh menantunya sendiri yaitu Sunan Amangkurat I (Sunan Seda ing Tegalwangi). Karena bencinya maka Amangkurat I memakamkan Pangeran Pekik dan istrinya di kompleks Banyusumurup.
 
Dan pada akhirnya wilayah Surabaya diserahkan pada Belanda. Itulah mengapa banyak bangunan keraton yang akhirnya terlindas oleh bangunan colonial Belanda. Cukup disayangkan.
beautiw
ps: thanks buat Dewi atas fotonya :)

3 comments:

Faris Arshad said...

baru tau klo city of hero ne ad keraton nya

Pratiwi Utaminingsih said...

emg bekasny udah hampir musnah, dan sejarahny udah ga dibahas di buku2 pelajaran hiks :(

Dika Restu Wulandari said...

harus di publish lebih banyak lg klo kota pahlawan juga pernah berdiri sebuah keraton..nice post :)