Sunday, 25 March 2012

a Review of Sitta Karina's Rumah Cokelat

Judul               : Rumah Cokelat

Penulis            : Sitta Karina

Penerbit          : Buah Hati

Tahun             : 2011

Tebal               : 226










Ada yang tahu bagaimana perasaan seorang ibu yang memiliki double job yah? Sebagai wanita karir, istri dan seorang ibu? Now it’s triple job then. Pasti repot, rumit, seru, lucu kadang stress juga. Itulah kira-kira yang dirasakan Hannah Andhito, seorang wanita sukses masa kini yang bekerja di perusahaan multinasional. Hannah bersuamikan Wigraha Andhito (Wigra) dan mempunyai putra yang sangat lucu dan cerdas berusia 2 tahun, Razsya.

Dilemma menjadi seorang ibu dan wanita karir sekaligus kerap mewarnai konflik-konflik kecil di novel ini. Dari Razsya yang lebih dekat dengan nanny dan eyangnya, kebiasaan buruk Hannah yang lebih mentingin baca People daripada berinteraksi dengan putranya, sampai perbedaan pendapat dengan ibunya tentang bagaimana mengurus Razsya dengan baik. Proses bagaimana Hannah bertransformasi dari wanita karir super sibuk hingga memahami bahwa seorang anak lebih baik dibesarkan sendiri oleh orang tuanya dituangkan dengan baik di novel ini.

Itulah sejumput cerita dari novel Rumah Cokelat oleh Sitta Karina. Ini adalah novel Sitta Karina yang saya baca pertama kali karena saya kira tadinya novel-novel Sitta bergenre teenlit. Melihat novel ini beraliran beda (momlit)  dan rekomendasi teman yang bilang novel ini bagus, maka saya memutuskan untuk beli dan baca.

Memang benar, novel ini sungguh menginspirasi buat saya. Novel ini memberikan gambaran kira-kira seperti apa sih kehidupan seorang ibu rumah tangga kelak. Karena jujur, menjadi seorang Hannah adalah salah satu impian saya. Karir dan keluarga berjalan seirama. Tapi melihat apa yang terjadi pada Razsya yang cenderung lebih dekat dengan mbak Upiknya (yang saya ga mau banget anak saya nanti lebih dekat dengan orang lain daripada orang tuanya sendiri), saya jadi mikir kalo nanti enaknya kerja bisa dirumah sambil ngurus anak.

Tapi tetap saja ada sisi yang kurang dari novel ini.
  •  Kita mulai dari Hannah sendiri, ntah mengapa saya rasa tokoh Hannah ini agak manja dan masih butuh bimbingan. Sedangkan saya berharap sosok Hannah bisa lebih kuat dan tangguh mengingat banyaknya tanggung jawab yang dia pikul.
  • Yang kedua tentang sosok Wigra, buat saya dia terlalu sempurna sebagai seorang suami. Terlalu baik dan sabar. Sedikit ngintip dari timeline @sittakarina, ada yang bertanya apa ada sosok seperti Wigra? Yang saya simpulkan bahwa sosok seperti Wigra bukan tidak ada tapi sangat jarang, hehe.
  • Yang terakhir masalah penulisan untuk dialog Razsya, saya sih berharapnya dialog Razsya ini sedikit dicadel-cadelkan khas anak kecil, biar lebih berasa lucunya :D.

Overall novel ini cocok untuk remaja-dewasa kok. Jadi buat yang belum married bisa banget menikmati novel ini sambil berandai-andai bagaimana jadi seorang ibu kelak, hihi.

beautiw

No comments: