Saturday 11 November 2017

A Very Long Wish List

Sebenernya udah kepengen punya Polaroid/Instax  camera sejak jaman kuliah. Lihat reviewnya di internet jadi ngiler. Maklum, aku suka banget simpan foto dalam bentuk yang sudah dicetak. Memang sih lebih praktis dalam bentuk digital, tapi ada kepuasan tersendiri kalo punya  printed versionnya. Tapi, namanya dulu kuliah duit masih minta ortu, YAAAA TAU DIRI LAH. Ga mungkin minta duit banyak untuk sesuatu yang bukan prioritas, eheee. Waktu itu harga kamera instax, lupa pastinya, yang jelas sejutaan. Semakin lengkap fitur semakin mahal. Angan hanyalah menjadi angan. Impian untuk punya kamera instax harus menunggu at least I can earn my own money.

Sampe akhirnya lulus kuliah dan kerja, timbul hasrat untuk memiliki kamera pun muncul kembali. Bukan instax cam yang dituju, melainkan kamera mirrorless yang lagi happening. Beli deh Fujifilm X-30 dengan harga 8jutaan. Lumayan bikin kere sih but it’s very worth it. Bakat terpendam di dunia photography jadi sedikit tereksplor (halah bakat?)

Nah beberapa bulan lalu, entah kenapa jadi CLBK sama instax cam. Cari-cari deh tipe kamera dengan fitur yang sesuai dan of course sesuai pula harganya, haha. Sempat mikir panjang banget, beli-ga-beli-ga, karena pengeluaran kami akhir-akhir ini rada dahsyat. But hey! Uang bisa dicari lagi, tapi moment untuk diabadikan tidak akan terulang kan? (ngelesssss). Dan juga aku anggap ini sebagai reward karena telah kuat melewati hari-hari yang buruk belakangan ini. Beli deh Instax Mini 90 Neo Classic dengan harga 1.900.000 di tokopedia. Kenapa tokopedia? Karena aku udah survey di beberapa toko kamera di Palembang, dan harganya lebih mahal dari harga standard. Selisih 200-300ribu tapi kan lumayan bisa beli ayam, ikan, daging dan telor (mamak-mamak banget). Hampir 50% dari gaji perbulan pun, ludessss hahaha :'( <-- bahagia iya, ngenes iya

So far, belum banyak foto yang bisa dieksplor. Masih belum sempat going outside karena sibuk kerja hiks. I’ll be going home to Surabaya next week due to my sist graduation. Maybe I’ll get more snaps there. See ya! x



Wednesday 1 November 2017

Curhat Promil

Sebenarnya udah pengen nulis di blog soal perjuangan mengikuti promil. Tapi ga sempat-sempat alias males dan bingung merangkai kata-kata. Maklum udah lamaaaaaaaa banget ga nulis jadi kaku. Anyway aku cerita seadanya saja ya.
Awal cerita saya dan suami menikah sudah sekitar 1 tahun 7 bulan. Di awal pernikahan kami memutuskan untuk santai saja soal anak. Dikasih cepet alhamdulillah, kalo masih nunggu ya selow. 

Oktober 2016 kami memutuskan untuk serius pengen banget punya anak. Akhirnya kami mulai kontrol makanan dan konsumsi madu & susu sebagai suplemen tambahan. Bulan Februari 2017 ternyata sang rejeki belum datang juga. Gausah tanya ya Oktober sampe Februari itu perasaan saya gimana. Yang jelas nangis tiap kedatangan tamu bulanan, kepikiran (padahal ga boleh banget ya kepikiran, tapi namanya pengen gimana dong? :( ). Sempat iri juga yg baru nikah tapi udah langsung dikasih, tapi langsung mikir kalo aku ga tau apa yang udah dilalui oleh orang itu sehingga dia bisa dikasih rejeki secepat itu. Kami juga sempat kena PHP si bulan. Ceritanya saya telat 2 hari, iya baru telat 2 hari aja udah GRnya setengah mati. Maklum jadwal mensku jarang banget telat, kalo ga on time malah maju sehari. Ehhhhh tapi hari ketiga bocor juga. Lagi-lagi gausah nanya perasaanku gimana. Dari situ kami mutusin untuk konsultasi ke obgyn. Untuk yang tinggal di Palembang mungkin kenal dengan nama dr.Rusdi Damiri, prakteknya di RS Al-Rasyid. Disitu aku cuma USG perut. Hasilnya bagus alhamdulillah, ga ada kista atau benjolan apapun. Dari situ aja udah alhamdulillaaahhhhh banget. Setelah dari dr.Rusdi kami belum serius untuk promil dengan dokter. Karena selain ingin coba secara alami dulu, kami juga masih raba-raba dokter mana yang bagus di Palembang. Loh kan udah ada dr.Rusdi kok masih cari-cari lagi? Hehe gausah aku jelasin alasannya, anggap aja kurang sreg.

April 2017 kami memutuskan untuk konsul dengan dr.Nuswil Bernolian di RSIA Hermina Palembang. Dokternya masih muda, 40s lah. Jelasinnya juga enak dan komunikatif. Datang pertama dicek USG rahim alhamdulillah bagus tapi belum ada sel telur yang bagus, padahal udah hari ke 10 setelah HPHT. Harusnya sih udah nongol. Dan dari dr.Nuswil pula aku tau kalo posisi rahimku ini retrofleksi alias menghadap ke belakang. Disarankan untuk nungging setelah berhubungan biar spermanya ga tumpah. Tapi tidak mengapa, kondisi ini normal, hanya variasi bentuk rahim saja. Dari situ aku dikasih resep, lupa nama obatnya, yang jelas vitamin dan mungkin perangsang hormon agar bulan depan si telur nongol. Biayanya sekitar 800rb sudah sama konsul dan obat. Bismillah kita coba ya. 
Yahh si bulan masih nongol, yaiyalah emang ga ada telor trus apanya yang mau dibuahi? So me and hub cuss kontrol lagi. Kontrol kedua diharuskan untuk USG transvaginal, biar lebih kelihatan jelas kondisi rahim dan sel telurnya. Buat yang belum tau, USG transvaginal itu beda dengan USG yang cuma ditempelin ke perut, tapi V kita dimasukin alat gitu. Pertama bayangin udah parno bin geli. Takut sakit juga. Tapi ternyata ga sakit kok, cuma ga nyaman aja, hehe. Singkat cerita hasil dari USG kali ini adalah sel telurku ada dan besar-besar, yeaayyy!! Dan sekali lagi ditekankan bahwa rahimku bagus. Dari situ kami langsung dipersilahkan untuk intens berhubungan dan jangan lupa berdoa. Konsul kali ini agak mahal karena obatnya lebih yahud, total costnya satu juta lebih, lupa pastinya. Tapi apa mau dikata, si bulan masih tetap datang lagi :(
Setelah dari dr. Nuswil kami memutuskan untuk break dulu, tetap promil tapi pake cara alami. 

Juli 2017 kami memutuskan pergi ke tukang urut rekomendasi teman suami. Karena katanya banyak yang berhasil setelah diurut. Kata si mbah, ada urat atau otot yang agak kaku jadi menghambat jalannya sperma. Dipijatlah perutku sama si mbah. Rasanya Ya Allah sakiiiittttttttttnya minta ampun sampe nangis-nangis. Suami juga sempat dipijat dan alhamdulillah tidak ada masalah. Besoknya perut ini berasa kram. Tapi wajar sih namanya juga baru dibenerin posisinya. Kami sudah 3-4 pijat sampai si mbah bilang bahwa perut saya sudah oke. Ikhtiar dengan cara pijat ini pun belum mendatangkan sang rejeki. Dan kami lagi-lagi memutuskan untuk break.

September 2017 kami memutuskan untuk serius lagi menjalankan promil dengan dokter. Kali ini kami memilih dr.Yusuf Effendi di RSIA Widiyanti atas saran teman kantor. Dokternya sudah senior dan to the point. Jadi pasiennya yang harus banyak tanya. Konsultasi pertama dicek USG perut dan bagus hasilnya. Sempat tanya juga apakah benar rahimku kondisinya retro? Dokter bilang tidak terlalu, jadi ga perlu nungging-nungging setelah berhubungan. Aku jadi ingat si mbah, pantes sampe sakit banget, ternyata posisinya dibenerin. Maturnuwun mbah. Selesai konsul kami ga diberi obat dulu, me and hub langsung disuruh cek hormon dan cek sperma untuk suami. Ceknya hari ketiga mens. Singkatnya kami berdua cek dan alhamdulillah hasilnya normal. Saya normal, suami normal. Another blessing di awal. Karena kami berdua dalam kondisi sehat. Itu adalah hal yang sangat sangat sangat patut untuk disyukuri. Setelah cek lab kami diresepkan obat penyubur untuk membesarkan sel telur. Jika bulan depan sel telur bagus maka akan dilakukan tindakan SIS atau tiup rahim. Silahkan googling untuk lebih jelasnya ya hehe.
Konsul ketiga awal Oktober 2017, which is saatnya ngecek ukuran sel telur. Sempat kecewa karena obatnya ga ngaruh. Sel telurku tetap kecil jadi proses SIS harus ditunda. Sedihnya lagi kemungkinan hamil bulan Oktober juga hampir tidak ada karena sel telur yang masih kecil. Menurut info, sel telur yang bagus adalah berukuran 18-22mm. Sedangkan punyaku cuma 8mm. Jauh banget :(
Supaya bulan depan dia bisa berkembang, maka dosis obat kemarin dinaikin. Yang tadinya sehari sekali jadi dua kali sehari dan kami disuruh kembali pas hari ke-7 HPHT. Oh iya untuk konsul dengan dr.Yusuf biayanya agak terjangkau daripada dr.Nuswil. 
Hari ke-7 HPHT, masih bulan Oktober 2017, kami konsul lagi. Daannnnn sel telurku masih kecil pemirsaaaa, sediiihhhhhhhhh. Jadi dokter memutuskan untuk ditambah kombinasi dengan suntikan selama 3 hari berturut-turut. Keesokan hari setelah suntik pertama, dicek sudah ada sel telur yang membesar, yaitu 16mm. Padahal masih ada 2 suntikan lagi. Waahhh optimis setelah 3x suntikan insyaallah calon anak-anakku ini sudah besar dan siap untuk dibuahi. Hari ini hari ke-3 suntikan, doakan semuanya lancar yaa, aamiin.
Nanti update lagi, TTYL, bye! x

Wednesday 2 August 2017

A Conversation with God

God: You didn't ask
Me: I asked
God: You didn't really ask
Me: They didn't ask but they got it
God: They asked, too, but, they asked for the things you have that you didn't ask
Me: ....




<3,
Beautiw

Saturday 22 July 2017

Galau

A friend of mine offers me a housewife-friendly-job (I call it so). It is to be freelance writer for English exercise book. Me thinking that it's an interesting offer. Since I look forward that one day I want to be a fulltime mum yet earning bucks for my family.
Some say I can be an online seller (done this) or open a small shop at home. But to be honest that "berdagang" is not that into me.
I wish that this offer gave me a new experience. I love writing (been too long didn't do it). And im longing of doing what I love. Life has to be realistic, rite? You do what you love, but don't do it for free. Then I remember Heath 'Joker' Ledger once said, "if you're good at it, don't do it for free."
Slap me in the face, im not good (yet) in writing exercise book for student. But let me try...