Thursday 3 May 2012

Dewi Dee Lestari - Partikel (review)

 Judul               : Partikel (Supernova 4)

Penulis            : Dewi Dee Lestari

Penerbit          : Bentang Pustaka

Tahun             : 2012

Tebal               : 493










WOW! Itulah kata yang sering saya ucapkan ketika membaca buku ini. Jujur ini adalah karya Dee ke-3 yang saya baca setelah Rectoverso dan Madre. Jika dua buku pendahulunya tidak habis dibaca karena isinya terlalu membuat saya sakit kepala, tidak dengan karya terbaru Dee ini, Partikel!

Partikel adalah seri ke-4 Supernova setelah “Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh,” “Akar,” dan “Petir.” Saya belum pernah membaca satupun seri Supernova tapi nekat saja beli langsung seri terakhirnya. Sempat ragu, takut tidak nyambung karena tidak membaca tiga seri sebelumnya. Tapi semua ragu dan takut musnah dengan kepuasan! Hahaha saya puas sekali membaca Partikel ini. Bahkan saya hanya butuh waktu 2 hari untuk membaca buku yang tebalnya hampir 500 halaman ini.

Partikel is purely page turner. Saya ingat betul saya bisa menghabiskan 150 halaman lebih dalam sekali duduk baca. Ini rekor saya, so serious! Cerita yang dituangkan dalam Partikel benar-benar apik dari awal sampai akhir. Tidak heran saya enggan sekali untuk stop membaca buku ini. Semua bayangan kembuletan Rectoverso dan Madre tidak saya temukan dalam Partikel. Semua mengalir begitu indah dan lugas dan pastinya tidak memberi celah untuk kita berhenti membaca.

Partikel bercerita tentang sebuah kehidupan di kampong Batu Luhur di Bogor. Seorang dosen dan ahli Mikologi bernama Firas nekat memberikan pendidikan sendiri kepada anaknya, Zarah. Zarah tidak disekolahkan di sekolah umum, yang diajarkannya pun bukan hal sepele. Bahkan berat untuk anak seumuran Zarah menurut saya. Masa iya anak kecil dicekoki anatomi otak? :|
Waktu Zarah berumur 12 tahun, Firas menghilang secara misterius. Zarah yang sangat menyanyangi ayahnya pun nekat mencari ayahnya kemanapun hanya berbekal 5 jurnal milik ayahnya yang diwariskan kepadanya. Berhasilkah Zarah menemukan ayahnya dan menemukan jawaban akan semua misteri di batu luhur? Silahkan ke toko buku terdekat untuk mencari tahu jawabannya aka dibeli ya bukunya, hohoho.

Tapi tentu, ada bagian yang saya suka dan tidak suka dari buku ini. Yang saya suka adalah:
Bagaimana cerita mitos tentang kampung Batu Luhur terutama di bukitnya. Banyak versi tentang apa yang ada di dalam perbukitan rimbun tersebut. Ada yang bilang markas pasukan Prabu Siliwangi, ada yang bilang itu tempat berkumpul setan sedunia dan lain-lain. Hal ini membuat saya tegelitik, apa benar mitos tersebut? Secara saya ini orangnya agak suka dengan hal-hal yang berbau mistis.
Lalu tentang adanya pengalaman Zarah yang seperti melihat alien di bukit tersebut. Cerita tentang penculikan alien dari pak Simon Hardiman makin membuat novel ini mempunyai daya tarik yang fantastis. Saya curiga Dee memberikan semacam jampi-jampi atau meletakan medan megnet dalam buku ini, haha.
Hal ketiga adalah novel ini mempunyai setting di banyak tempat yang tentu saja belum ada yang pernah saya kunjungi, seperti kebun raya Bogor, Tanjung Puting, London, Stonehenge, dll. Tentu sebagai pembaca enak sekali rasanya diajak jalan-jalan walau tidak secara langsung. Saya jadi ingat sebuah kutipan dari entah lupa namanya: “The world is a book, those who don’t travel read only one page.” Maksudnya, buku itu adalah dunia, dengan membaca buku (completely) tentunya akan membawa kita berpetualang keseluruh dunia. Bahkan tempat yang tidak ada di peta pun bisa kita kunjungi dengan hanya membaca buku (read Harry Potter, Narnia, etc).

Tapiii ada bagian-bagian juga yang menurut saya membosankan.
Ketika Zarah menceritakan awal mula dia sampai di Tanjung Puting. Entah kenapa saya merasa boring sekali di bagian itu. Saya lebih seperti membaca brosur tentang Tanjung Puting, disana ada apa, kita bisa ngapain dan semacamnya.
Lalu ada juga bagian yang AKHIRNYA membuat saya pusing, hahaha. Pusing adalah langganan masalah yang datang ketika saya membaca karya Dee. Itulah kenapa saya give up baca Rectoverso dan Madre :p yang bikin saya pusing adalah bagian ketika Zarah pergi ke Glastonbury untuk menemui Simon Hardiman. Disitu dia menghadiri Glastonbury Symposium, semacam acara untuk pencinta UFO dan semacamnya. Di acara itu Zarah bertemu dengan salah satu pembicara bernama Hawkeye. Disitulah kepusingan saya dimulai. Bahasanya berat boooo, ada istilah-istilah yang sulit saya cerna, huhu. Sempat takut juga kalau akhirnya Partikel bernasib sama dengan 2 buku pendahulunya tapi syukurlah tidak. Saya sukses menamatkan benda ini! :D

Akhirnya ketika buku ini tamat, saya masih mempunya beberapa pertanyaan yang belum dijawab di buku ini. Saya butuh kebenaran dari apa yang sebenarnya ada dalam bukit Batu Luhur? Benarkah alien? Setan? Atau tidak ada apa-apa?
Lalu ayah Zarah, si Firas ini sebenarnya kabur kemana tooo? Secara tidak langsung dia sendiri loh yang menghancurkan keluarganya dengan kabur entah kemana.
Lalu, bagaimana hubungan Zarah dengan keluarganya setelah pemberontakan besar-besaran yang dia lakukan?

Mungkin itu semua akan terjawab dalam seri ke-5 Supernova, Gelombang, yang belum diketahui kapan terbitnya, tapi semoga secepatnya yaa biar pada ga mati penasaran. Semua bilang aminnn!!
Iyak, sekian review saya tentang Dee’s Partikel. Maaf acakadut. Silahkan dicerna sendiri. Dadah :*
beautiw

4 comments:

Anonymous said...

saya termasuk penggemar berat karya karya Dee., dari akar, sampai perahu kertas saya punya novelnya..
sayang, posisi sekarang ga bisa beli novel dee.. hhu
jadi kangen

Pratiwi Utaminingsih said...

wah salut! ini novel pertama Dee yg berhasil memikat saya, sebelumnya suka pusing duluan sebelum baca, haha
anw knp ko dalam posisi ga bisa beli? bokek? :p

Adyta Dhea Purbaya said...

Baca Perahu Kertas, wi. Lebih ringan dan mudah dimengerti :D aku baca supernova masih pake mikir. Kalo perahu kertas, ngaliiiir pisan :)

Pratiwi Utaminingsih said...

sedang masuk waiting list, habis sidang pasti dilalap :D