Resensi ini akan saya mulai dari
seorang Budi Darma. Sebenarnya sosok Darma sudah tidak asing lagi bagi saya. Ketika
saya duduk di bangku SMP, guru Bahasa Indonesia memberikan tugas untuk membaca
karya sastra era Balai Pustaka. Ketika saya list beberapa judul buku dan nama
pengarang, salah satunya adalah Rafilus karya Budi Darma. Tapi nama itu saya
lewati begitu saja. Menginjak bangku kuliah, salah satu dosen saya ternyata
adalah putri dari Budi Darma. Namun lagi, saya melewatkan begitu saja karena
tidak satupun karya beliau yang saya baca. Sekarang hampir empat tahun sejak
saya wisuda, tidak sengaja menemukan Orang-Orang Bloomington di Gramedia. Tadinya
saya ke Gramedia tidak bertujuan untuk membeli buku ini. Namun sepertinya kali
ini saya berjodoh dengannya.
Orang-Orang Bloomington sendiri
adalah sebuah antologi cerita yang terhimpun dalam satu buku. Ada tujuh cerpen
total. Masing-masing cerita memiliki sudut pandang orang pertama yang disebut “aku.”
Dia tidak pernah mengungkap namanya disini. Tapi satu benang merah tentang
karakter Aku adalah Aku yang selalu kepo, ingin tahu urusan orang lain secara
berlebihan, pribadinya pendiam, lempeng, dan sering digambarkan sebagai orang
yang sendirian atau lonely. Kalo buat saya sih karakter Aku ini weird banget. Ga
akan mau saya temenan sama orang macam ini. Pantes selalu digambarkan sebagai
sosok yang lonely, ya?
Cerita pertama berjudul “Laki-Laki
Tua Tanpa Nama.” Si Aku yang merupakan penduduk baru di Fess. Sebuah gang sepi
yang hanya berpenduduk tiga wanita tua yang hidup sendiri. Hingga ada orang tua
yang baru menempati loteng Ny.Casper. lelaki tua ini memang sedikit aneh, dia
punya kebiasaan mengacung-acungkan pistol miliknya di depan jendela lotengnya. Si
Aku yang penasaran dengan sosok laki-laki tua ini pun secara agresif mencari informasi
tentangnya. Mulai dari tanya penerangan (108 itu lho :D), tanya kepada
Ny.Casper sang tuan rumah, hingga bertanya ke pemilik sebuah toko kecil di
Fess. Nyebelin kan? Kepo banget.
Cerita kedua berjudul “Joshua
Karabish.” Si Aku yang berdasarkan rasa kasihan mau menampung Joshua yang
penyakitan dan sendirian. Hingga akhirnya Joshua meninggal dan meninggalkan
semua barangnya di kontrakan Aku. Aku yang ingin tahu sengaja menelusuri
semuanya.
Cerita ketiga adalah “Keluarga M.”
Hanya karena goresan kecil di mobilnya, timbul dendam yang amat kesumat dalam
diri Aku. Hingga banyak rencana licik yang ia rencanakan untuk menghancurkan
satu keluarga. Sick!
Dilanjutkan oleh “Orez.” THIS IS THE
SICKEST STORY! UNFORGETABLE! WEIRD! BEAUTIFUL! BEAUTIFULLY WEIRD! Orez berhasil
bikin saya nganga sepanjang cerita. Alurnya sih biasa tapi karakternya itu lho.
Lagian kenapa Pak Budi bikin makhluk jadi-jadian sih? Sengaja saya ga akan
bocorkan sedikit tentang Orez. Karena ini masternya. You should read by
yourself. My favorite story of Orang-Orang Bloomington.
Lalu ada “Yorrick.” Sesosok Aku
adalah pemuda sederhana yang jatuh cinta pada seorang gadis namun dibakar
cemburu oleh sosok Yorrick yang nggilani, jorok, suka ambil makanan Aku. Mengapa?
Karena gadis itu lebih menyukai Yorrick yang lecek daripada Aku yang lebih
kece, halah. Bahkan tampaknya satu kota menyukai sosok Yorrick yang menurut Aku
ini sangat menyebalkan. Endingnya pun twist. Sangat tidak tertebak.
Lanjut ada “Ny.Elberhart.” kekepoan
si Aku kepada Ny.Elberhart membuat dia sendiri tertarik ke pusara cerita yang
susah dilepaskan.
Terakhir ada “Charles Lebourne” yang
lagi-lagi Aku ini kepo sok-sokan mau menyingkap tabir masa lalu si Charles.
Sepintas ketika saya menamatkan buku
ini, timbul perasaan gloomy pada diri saya. Bukan sedih sih, tapi apa ya
namanya? Suram? Muram? Hidup tak bergairah, lah! Mirip perasaan yang timbul
setelah baca cerpen Edgar Allan Poe. Untuk orang yang ingin cari hiburan dengan
cara membaca, buku ini jelas bukan rekomendasi yang tepat. Tapi ya ga bakal
nyesel juga sih kalo mau beli dan baca. Cara bercerita Budi Darma yang
sederhana namun bermakna, definitely bikin buku ini sangat page turner. Ceritanya
outstanding dan lebih mengeksplorasi karakter tokoh. Semacam penasaran dan
gemes sendiri dengan sosok Aku yg over pengen tahu urusan orang. Layak buku ini
mendapatkan penghargaan S.E.A Write Awards pada tahun 1984 dari pemerintah
Thailand. Dan yang akhirnya membuat saya membeli Olenka dan sedang memulai
membacanya.
No comments:
Post a Comment