Hari ini, 29 Desember 2010, hari ketika ratusan juta rakyat Indonesia memanjatkan doa yang sama. Doa agar Timnas Garuda memenangkan final piala AFF melawan Malaysia.
Berjuta harapan kita panjatkan untuk mengakhiri dahaga gelar juara untuk cabang sepak bola selama 14 tahun. Sangat wajar Euforia yang terjadi mengingat kita sangat perkasa di babak awal penyisihan, menang 5-1 lawan Malaysia, 6-0 lawan Laos, hingga mengalahkan musuh lama Thailand 2-1.
Berjuta harapan kita panjatkan untuk mengakhiri dahaga gelar juara untuk cabang sepak bola selama 14 tahun. Sangat wajar Euforia yang terjadi mengingat kita sangat perkasa di babak awal penyisihan, menang 5-1 lawan Malaysia, 6-0 lawan Laos, hingga mengalahkan musuh lama Thailand 2-1.
Euforia ini sejenak mengingatkan saya pada tahun 2004, ketika Indonesia sangat superior di babak penyisihan tapi kalah di babak final lawan Singapura. Perasaan itu menghantui saya melihat antusias dan optimisme teman-teman. Bukan maksud saya untuk pesimis, tapi bukankah kita juga harus menyiapkan kemungkinan terburuk dalam segala hal?
Tamparan pertama terjadi ketika final leg pertama di Malaysia. Tidak tanggung-tanggung kita digilas Malaysia dengan skor yang cukup telak 3-0. Prestasi terburuk selama akumulasi head-to-head dengan Malaysia. Hal ini sontak membuat publik tercengang. Namun yang saya salutkan, kita bangsa Indonesia masih punya kobaran api yang membara, optimisme untuk membalas kegagalan tersebut. Ditengah kontroversi akan issue kecurangan yang dilakukan suporter Malaysia, demi Tuhan, apapun, saya bangga dengan semangat teman-teman saya sebangsa dan setanah air.
Hari ini adalah saksi betapa bersatunya kami rakyat Indonesia. Ditengah kesibukan dunia masing-masing, paling tidak masih terselip doa untuk Timnas kita di masa sulit seperti ini. Saya yakin, hampir seluruh rakyat Indonesia punya doa yang sama, saya yakin!
Kami bersatu untuk sesuatu yang indah, dahaga selama 14 tahun, juga sebagai kado akhir tahun yang manis. Sangat dimaklumi karena di tahun ini, Indonesia bisa dibilang kenyang dengan yang namanya "ujian" Tuhan, gempa wasior, tsunami mentawai, hingga bencana Merapi. Sangat dimaklumi betapa kami sangat menginginkan secuil kebahagiaan. Agar kami bisa berkata dengan bangga sambil menepuk dada
"SAYA BANGGA MENJADI RAKYAT INDONESIA!"
Tapi kadang doa itu tidak selalu dikabulkan. Tuhan punya kuasa dan Dia sudah memainkan perannya dengan baik disini. Allah made it all, kita sudah berdoa, punggawa timnas telah keras berusaha, tapi Tuhan berkata lain. Pada final leg kedua di Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia menang memang, 2-1. Tapi kemenangan itu menjadi sedikit sia-sia melihat akumulasi goal yang kita dapat waktu bermain di Malaysia. Sakit, sedih, marah, sesal, apapun itu pasti campur aduk dalam benak setiap pribumi. Mengingat begitu banyak duri yang Malaysia tanam di hati kami. Memang susah untuk mengerti ini semua, kita ingin menang tapi nasib berkata lain.
Saya tidak mau sok bijak untuk menyuruh kita semua sabar dan legowo, se-ikhlasnya kita menerima semua ini, pasti rasa kecewa itu ada, pasti! Tapi, yaa sudahlah, kita mau bagaimana? marah juga tidak mungkin, tidak akan mengubah situasi. But Dear Indonesians, God loves us all. Percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik, hanya kemasannya saja yang tidak enak. Percaya saja bahwa akan ada kejutan yang membahagiakan bagi kita semua. It's just a matter of time, all we need is just a little patience :)
Terakhir saya hanya bisa mengucapkan terima kasih atas perjuangan seluruh punggawa Merah-Putih, and the greatest man behind them, Alfred Riedl. Mengutip judul artikel Bambang Pamungkas "Indonesia Masih Bisa", memang kita masih bisa, pasti bisa. Tapi mungkin sekarang kondisi yang pas adalah
INDONESIA MASIH HARUS MENUNGGU :)
Beautiw